![]() |
Jalur pedestrians di Jepang. Sumber: google.com |
‘’Ohayou, Kana!”. Aku menyapanya balik dengan senyum 3
jariku.
Lalu dia melangkah sejajar denganku, Matsumura Kana adalah teman baruku di Matsuyama ini, untuk ukuran Japanese dia "cukup cerewet" dan terbuka dikala Japanese lain lebih introvert. Kami sering berdiskusi atau bahkan sekedar menertawakan diri disini. Kami berjalan terus sambil tertawa bersama, si sipit cantik ini ternyata yang akan menemaniku hari ini.Namun tiba-tiba jantungku seperti genderang perang berdegup begitu cepatnya DAG DIG DUG DAG DIG DUG, nafasku semakin berat dan sesak HUF HUF HUF. Aku merasa pusing dan semua semakin gelap, semakin gelap lagi, semakin hitam. . . lalu jalanan itu mulai meredup dan. . .
Lalu dia melangkah sejajar denganku, Matsumura Kana adalah teman baruku di Matsuyama ini, untuk ukuran Japanese dia "cukup cerewet" dan terbuka dikala Japanese lain lebih introvert. Kami sering berdiskusi atau bahkan sekedar menertawakan diri disini. Kami berjalan terus sambil tertawa bersama, si sipit cantik ini ternyata yang akan menemaniku hari ini.Namun tiba-tiba jantungku seperti genderang perang berdegup begitu cepatnya DAG DIG DUG DAG DIG DUG, nafasku semakin berat dan sesak HUF HUF HUF. Aku merasa pusing dan semua semakin gelap, semakin gelap lagi, semakin hitam. . . lalu jalanan itu mulai meredup dan. . .
Eeeerrrr aku kesulitan mengangkat kepalaku yang berat, membuka mata dan. . . .
BAMM!!! I’m in Indonesia now! In my class exactly!
I realized that it’s just a dream, ah damn! Mataku belum fokus, otakku pun masih berputar. Ah sial! Aku masih di Indonesia, bukan di Matsuyama, bukan di musim dingin tapi di musim hujan, ah sial!
I realized that it’s just a dream, ah damn! Mataku belum fokus, otakku pun masih berputar. Ah sial! Aku masih di Indonesia, bukan di Matsuyama, bukan di musim dingin tapi di musim hujan, ah sial!
Saat aku berusaha keras mengumpulkan nyawa, entah mengapa
aku langsung memfokuskan mataku pada deretan huruf yang menusuk mataku. “God
has seen you struggling”. Kata yang sederhana untuk membuat otakku menciut, aku
malu….
Pasti Tuhan saat ini sedang menertawakanku, seorang pemimpi besar yang memelas pada Tuhan agar kakinya diinjakan kembali di Jepang tapi kerjaannya tidur di kelas. Bodoh!
Pasti Tuhan saat ini sedang menertawakanku, seorang pemimpi besar yang memelas pada Tuhan agar kakinya diinjakan kembali di Jepang tapi kerjaannya tidur di kelas. Bodoh!
Oh ya, namaku Gianti! Baru saja ditoyor Tuhan agar ingat untuk
berjuang lebih lagi begitu Dia melihatku tertidur di kelas sampai mimpi. Sepertinya Tuhan
ingin mengingatkanku bahwa mimpi besarku harus dibayar dengan sesuatu yang
besar juga.
Sebenarnya sebelum mengikutin Jenesys ini aku tak terlalu addicted
dengan Jepang, biasa aja. Bahkan aku lebih ingin mengunjungi Aussie, tapi akhir
November 2014 lalu kata-kata asalku jadi do’a yang terkirim ke telinga Tuhan. Saat itu aku cuma asal meracau pada
sahabatku “Sa, pengen ke Jepang ih”. Itu do’aku yang ngasal, yang ngasal
aja diijabah, ngasal sih tapi tetep ada usahanya.
Jadi gini. . . . aku baru tahu kalau ada seniorku yang
mengikuti Jenesys 2.0 ini, namanya Blablabla Putri Utami. Saat itu aku tak tahu
nama depannya, aku hanya melihat namanya sekilas di komputer staff administrasi
fakultasku. Lalu aku mencari namanya di database universitasku dan aku tahu dia
angkatan 2011 jurusan Public Relations dengan nama lengkap Anita Putri Utami.
Nah masalahnya di PR itu ada ratusan orang, lah gimana nyari
nya? Bodo amat, aku langsung meneror semua mahasiswa PR 2011 yang aku kenal,
aku chat one by one then finally I got the contact! WUZZZZ langsung aku chat ka
Anita ini, langsung aku ajak meet up dan langsung aku wawancarai dia seputar
Jenesys, bahkan dia memberiku kontak staff Kekominfo sebagai partner JICE untuk menyelenggarakan Jenesys
2.0.
Karena hasrat Knowing Everything Particular Object-ku yang
super kuat dan karena susah banget nyari info Jenesys 2.0 di internet, akhirnya aku meneror pihak Kemkominfo yang ternyata helpful ini sekitar
tanggal 21 Desember, ternyata saat itu seleksi Jenesys telah dibuka dengan
deadline tanggal 22 Desember sedangkan aku baru menerima berkas formulir dan persyaratannya di 22 Desember sore. Kebayang kan gimana rusuhnya aku mempersiapkan
seleksi ini?
Semalaman aku mengerjakan mini essaynya, riset Jepang itu seperti apa, apa yang dibutuhkan Jepang dan apa yang bisa aku bantu, mencari berkas pribadi, mencari sertifikat TOEFL yang ternyata hilang, dan minta revisi ke Devita. Dan BTW iroiro arigatou gozaimasita for Devita
Tapi Alhamdulillah aku bisa mengirimkan berkasnya melalui e-mail, walaupun kepala pusing karena deadline yang mepet. Tips untuk kamu yang mau ikut program beginian: sebisa mungkin tunjukan pada selektor bahwa kamu bisa berkontribusi penuh dengan skill kamu, buat selektor bisa mengenal kamu walaupun hanya dengan deretan kata.
Semalaman aku mengerjakan mini essaynya, riset Jepang itu seperti apa, apa yang dibutuhkan Jepang dan apa yang bisa aku bantu, mencari berkas pribadi, mencari sertifikat TOEFL yang ternyata hilang, dan minta revisi ke Devita. Dan BTW iroiro arigatou gozaimasita for Devita
Tapi Alhamdulillah aku bisa mengirimkan berkasnya melalui e-mail, walaupun kepala pusing karena deadline yang mepet. Tips untuk kamu yang mau ikut program beginian: sebisa mungkin tunjukan pada selektor bahwa kamu bisa berkontribusi penuh dengan skill kamu, buat selektor bisa mengenal kamu walaupun hanya dengan deretan kata.
Hampir sebulan lebih tak ada kabar soal hasil seleksi
Jenesys ini, ah sudahlah mungkin bukan rezekiku. Lalu di sore hari yang
melelahkan di 2 Februari, Sasa tiba-tiba mengirim Whatsapp:
“Gi, udah cek e-mail?”
“Belom, apaan?”
“Jenesys”
Oh God! Aku langsung terperanjat dan buru-buru membuka e-mailku
lalu melihat surel masuk dari Kemkominfo yang menyatakan aku lulus Jenesys 2.0.
AAAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHHHHHHH!!!!!!!!! I can’t believe it, saking senengnya aku ga berekspresi apapun, flat.
![]() |
Logotype Jenesys 2.0 (Sumber: Dokumentasi Pribadi) |
Aku kira e-mail ini hanya candaan, eh ternyata ini beneran….
Beneran aku akan pergi ke Jepang gratis! Negara yang banyak diimpikan orang.
Alhamdulillah Ya Allah, aku amat percaya Engkau Maha Mendengar.
Mau tahu kisah kakiku yang bisa mencium bau tanah Jepang? Klik disini aja
Atau kamu bisa search segala informasi tentang jepang di Instagram, Path, Facebook, dan Twitter dengan hashtag #Jepangnyatuhdisini
Atau kamu bisa search segala informasi tentang jepang di Instagram, Path, Facebook, dan Twitter dengan hashtag #Jepangnyatuhdisini