Minggu, 06 Juli 2014 0 komentar

2 Minggu untuk Seumur Hidup (Sebuah Misi VTIC)


“Jika kamu adalah relawan yang tidak dibayar. Itu bukan karena kamu tidak bernilai, tapi karena kamu tak ternilai”- Anies Baswedan

Relawan, good impact, action, great people, adalah menu-menu yang bakal aku sajikan dalam tulisan ini. Dan semua menu itu terangkum dalam sebuah program yang lagi aku dan teman-temanku jalankan sekarang, yaitu VTIC (Volunteerism Teaching Indonesian Children). Adalah saling mengajari, saling menginspirasi, saling memotivasi, dan saling menemani yang menjadi bumbu agar program ini menjadi program yang membekas bagi kami para cikgu (guru, dalam bahasa Melayu), para murid, dan orang-orang yang mengetahui semua ini.
Volunteerism Teaching Indonesian Children's Logo

Di tahun 2014 ini VTIC dilaksanakan dalam kurun waktu kira-kira 2 minggu untuk yang ketiga kalinya yaitu dari tanggal 13-23 Agustus 2014 di Miri, Sarawak, Malaysia.
Loh kok di Malaysia? Karena yang kami ajari adalah anak-anak Tenaga Kerja Indonesia yang tidak mendapatkan pendidikan formal disana dan itu banyak sekali jumlahnya, apalagi daerahnya yang terpencil, kesejahteraan yang kurang, dan akses yang cukup sulit yang menjadikan keadaan anak-anak disana seperti itu. Bahkan terdapat beberapa anak yang tak sempat mandi ketika belajar bersama cikgu, dan mereka lah anak yang orang tuanya belum sempat memandikan mereka dimana notabene orang tua mereka harus berangkat pagi-pagi sekali untuk menjadi pekerja kasar di perkebunan kelapa sawit disana.

Sekitar 80% anak disana tidak mendapat pendidikan formal. Hal ini membuat anak-anak disana kekuarangan amunisi untuk melanjutkan hidup mereka, seperti yang orang bilang bahwa pendidikan akan menjadi jalan buntu bagi kemelaratan, akan jadi energi manusia untuk mempertahankan harkat diri, dan disana…… pendidikan berkualitas menjadi barang mahal bagi mereka. Dan yang harus di ingat adalah: MEREKA JUGA ANAK INDONESIA

Hal-hal tersebut yang menjadi bahan bakar kami untuk bergerak menginspirasi mereka agar terus belajar, dan kami sadar bahwa belum banyak orang yang aware dengan kekurangan mereka apalagi mereka ada di luar Indonesia. Dan aku percaya sudah banyak great people yang bergerak untuk anak-anak yang bernasib sama di Indonesia, tapi disini tak banyak. Jadi mereka membutuhkan bantuan dari KAMU dan KAMI.
Awalnya saya hanya iseng ikut seleksi program yang dikhususkan bagi mahasiswa ini dengan maksud “Cuma mau ke luar negeri tapi ga buat main”, namun begitu saya bertemu dengan orang-orang yang diterima dalam program ini…. Aku ngerasa “Da aku mah apa atuh?”
Ya…. aku cuma sebangsa asap yang keluar dari Bus Damri yang butut. Secara GILE MEEEEN di VTIC ini ada yang sudah jadi global citizen yang udah menclak- menclok ke berbagai negara, ada yang udah jadi pembicara di seminar, ada yang jadi peserta kompetisi di tv nasional, dll. Lah aku? Mahasiswa FIKOM UNISBA 2013 (btw aku paling muda disini tjieee) yang kerjanya kuliah, pulang, ngehedon, rapat sekali-kali, and enough. Dan banyak orang-orang cerdas disini yang ternyata bener-bener great people, dan kalo ada quote yang bilang:

 “Everyone you will ever meet knows everything you don’t”
             itu bener banget!

Then one day Kang Alpiadi Prawiraningrat told me that volunteering is the best thing that higher student can do. “Kalo kamu mau lolos exchange atau scholarship yang jadilah orang yang addicted dengan volunteering”. Dari situ aku nyadar kalau ini salah satu yang dilakukan orang-orang cerdas, volunteering. It gives good impact to the others, secara langsung! Dan ngebuktiin kalau mahasiswa bukan cuma orator yang ngemeng doang. Dan manusia paling baik akan memanfaatkan dirinya untuk kebaikan orang lain seperti yang Rasulullah S.A.W bilang.

So…. What I wanna deliver to you is: take action to give good impact to your community. RIGHT NOW!  It’s your turn!



 
;