“Jika kamu adalah relawan yang tidak dibayar. Itu bukan karena kamu tidak bernilai, tapi karena kamu tak ternilai”- Anies Baswedan
Relawan, good impact, action, great
people, adalah menu-menu yang bakal aku sajikan dalam tulisan ini. Dan semua
menu itu terangkum dalam sebuah program yang lagi aku dan teman-temanku
jalankan sekarang, yaitu VTIC (Volunteerism Teaching Indonesian Children).
Adalah saling mengajari, saling menginspirasi, saling memotivasi, dan saling menemani
yang menjadi bumbu agar program ini menjadi program yang membekas bagi kami
para cikgu (guru, dalam bahasa Melayu), para murid, dan orang-orang yang
mengetahui semua ini.
![]() |
Volunteerism Teaching Indonesian Children's Logo |
Di tahun 2014 ini VTIC dilaksanakan
dalam kurun waktu kira-kira 2 minggu untuk yang ketiga kalinya yaitu dari
tanggal 13-23 Agustus 2014 di Miri, Sarawak, Malaysia.
Loh kok di Malaysia? Karena yang kami
ajari adalah anak-anak Tenaga Kerja Indonesia yang tidak mendapatkan pendidikan
formal disana dan itu banyak sekali jumlahnya, apalagi daerahnya yang
terpencil, kesejahteraan yang kurang, dan akses yang cukup sulit yang
menjadikan keadaan anak-anak disana seperti itu. Bahkan terdapat beberapa anak
yang tak sempat mandi ketika belajar bersama cikgu, dan mereka lah anak yang
orang tuanya belum sempat memandikan mereka dimana notabene orang tua mereka
harus berangkat pagi-pagi sekali untuk menjadi pekerja kasar di perkebunan
kelapa sawit disana.
Sekitar 80% anak disana tidak
mendapat pendidikan formal. Hal ini membuat anak-anak disana kekuarangan
amunisi untuk melanjutkan hidup mereka, seperti yang orang bilang bahwa
pendidikan akan menjadi jalan buntu bagi kemelaratan, akan jadi energi manusia
untuk mempertahankan harkat diri, dan disana…… pendidikan berkualitas menjadi
barang mahal bagi mereka. Dan yang harus di ingat adalah: MEREKA JUGA ANAK
INDONESIA
Hal-hal tersebut yang menjadi bahan
bakar kami untuk bergerak menginspirasi mereka agar terus belajar, dan kami
sadar bahwa belum banyak orang yang aware
dengan kekurangan mereka apalagi mereka ada di luar Indonesia. Dan aku percaya
sudah banyak great people yang
bergerak untuk anak-anak yang bernasib sama di Indonesia, tapi disini tak
banyak. Jadi mereka membutuhkan bantuan dari KAMU dan KAMI.
Awalnya saya hanya iseng ikut seleksi
program yang dikhususkan bagi mahasiswa ini dengan maksud “Cuma mau ke luar
negeri tapi ga buat main”, namun begitu saya bertemu dengan orang-orang yang
diterima dalam program ini…. Aku ngerasa “Da aku mah apa atuh?”
Ya…. aku cuma sebangsa asap yang
keluar dari Bus Damri yang butut. Secara GILE MEEEEN di VTIC ini ada yang sudah
jadi global citizen yang udah
menclak- menclok ke berbagai negara, ada yang udah jadi pembicara di seminar, ada
yang jadi peserta kompetisi di tv nasional, dll. Lah aku? Mahasiswa FIKOM
UNISBA 2013 (btw aku paling muda disini tjieee) yang kerjanya kuliah, pulang,
ngehedon, rapat sekali-kali, and enough. Dan
banyak orang-orang cerdas disini yang ternyata bener-bener great people, dan kalo ada quote
yang bilang:
“Everyone you will ever meet knows everything you don’t”itu bener banget!
Then one day Kang Alpiadi Prawiraningrat told me that volunteering is the
best thing that higher student can do. “Kalo kamu mau lolos exchange atau scholarship yang jadilah
orang yang addicted dengan
volunteering”. Dari situ aku nyadar kalau ini salah satu yang dilakukan
orang-orang cerdas, volunteering. It gives good impact to the others, secara
langsung! Dan ngebuktiin kalau mahasiswa bukan cuma orator yang ngemeng doang.
Dan manusia paling baik akan memanfaatkan dirinya untuk kebaikan orang lain
seperti yang Rasulullah S.A.W bilang.
So…. What I wanna deliver to you is:
take action to give good impact to your community. RIGHT NOW! It’s your turn!
![]() |